Monthly Archives: January 2018

Ingat untuk Bersyukur

Standard

“Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” (Mazmur 100:4).

Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, seorang profesor ternama dalam bidang teologi di Skotlandia kehilangan ingatan akan masa lalunya. Sekalipun tetap bersikap ramah kepada mantan rekan-rekan di universitas yang datang berkunjung, ia sama sekali tidak ingat bahwa ia pernah mengajar di tempat yang sama dengan mereka dan bahwa mereka adalah teman-teman baiknya selama bertahun-tahun. Namun meski lupa akan masa lalunya, ia tidak pernah lupa untuk bersyukur kepada Allah.

Salah seorang temannya bercerita bahwa setiap kali perawat panti datang membawakan roti, mentega, dan teh, profesor itu selalu berkata, “Saya harus bersyukur atas hal ini!” Kemudian sambil menundukkan kepalanya, ia akan berdoa dengan segenap hati, “Terpujilah Allah selama-lamanya. Amin.”

Adakah di hati kita tertanam rasa syukur yang sungguh-sungguh seperti itu? Adakah kita membiasakan diri untuk bersyukur kepada Allah selagi ingatan kita masih baik? Salah satu cara untuk memulainya adalah dengan membaca Mazmur 100, dengan suara keras. Mengapa Anda tidak mencoba membacanya setiap pagi dan malam selama seminggu untuk memulai dan mengakhiri setiap hari yang kita lalui?

“Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” (ayat 4).

Jika diulang-ulang dengan sepenuh hati, kita akan terbiasa memanjatkan syukur. Kita tidak mungkin mengetahui apa yang akan kita lupakan di kemudian hari, tetapi saat ini juga kita dapat selalu mengingat untuk mengucap syukur dan memuji nama Allah. (Ditulis dari sumber Renungan Harian Online).

Saya Belum Bersaksi

Standard

“…aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. (Kisah Para Rasul 20:31).

Ketika anak perempuan saya, Lisa, tiba di sekolah tempat ia mengajar musik, terasa ada suasana berkabung di sana. Rupanya seorang siswa telah meninggal dunia karena kecelakaan mobil, pada sore hari sebelumnya. Ketika Lisa berjalan ke kelasnya, ia melihat ada seorang siswi yang dikenalnya sebagai seorang kristiani, sedang duduk di kantin sambil menangis.

Ketika Lisa mencoba menghibur, siswi itu memeluknya dan berkata di sela-sela isakannya,

“Oh, Bu Spangler, ia akan masuk ke Neraka, dan saya belum pernah bersaksi kepadanya.”

Siswi itu tahu bahwa anak laki-laki yang meninggal itu terang-terangan menyatakan bahwa dirinya adalah seorang ateis, tetapi gadis itu tidak pernah menceritakan Yesus kepadanya.

Sebenarnya, melalui cara hidupnya gadis itu telah menjadi saksi yang baik bagi Tuhan tanpa ia sendiri mengetahuinya. Namun paling tidak ia menyadari sebuah konsep yang penting: Adalah tugas kita untuk mewartakan kepada dunia tentang pribadi Yesus yang mengampuni dosa dan menyelamatkan manusia. Lihatlah Paulus. Ia adalah seorang teladan yang selalu tekun dalam melaksanakan misi ini (Kisah Rasul 20:17-31).

Terkadang hidup tampak begitu nyaman dan pasti, sehingga kita menjalaninya tanpa memikirkan orang lain. Dan terkadang kita juga begitu terbuai akan keselamatan diri kita sendiri, sehingga melupakan bahwa banyak orang yang dijumpai sehari-hari, yang tidak memiliki pengharapan yang sama seperti yang kita miliki di dalam Yesus Kristus.

Adakah hari ini seseorang yang perlu Anda beri kesaksian tentang Yesus, sebelum terlambat? Dicari: Utusan untuk mewartakan Kabar Baik. (Disadur dari sumber Renungan Harian Online).

“Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”” (Roma 10:13-15).

Ringkasan Khotbah: First Fruit

Standard

Ayat Bacaan: Amsal 3:9-10, Kisah 20:35

Berbahagia: Makarios, artinya: supremely blest (sangat diberkati).

1. Hagai 2:9 : Tuhan yang empunya segala harta benda, termasuk keuangan. Kita bukan pemilik, kita hanya dipercaya, dititipkan pada kita. Kalau kita memberi, kita hanya menyalurkan berkat dari Tuhan. Jangan sampai kita menjadi sombong karena kita dapat memberi, itu semua adalah pemberian dari Tuhan. Dasar iman kita: rasa cukup.

2. Ulangan 8:18 : Tuhan yang memberi kita kemampuan untuk mendapatkan harta benda. Tuhan juga yang memberikan kita kemampuan untuk dapat menikmati setiap berkat Tuhan (1 Timotius 6:17).

Kebenaran tentang persepuluhan..

1. Semua harta kita milik Tuhan.

2. Maleakhi 3:10 : Tuhan ingin kita mengembalikan milik-Nya melalui persembahan persepuluhan ke gereja-Nya. Tuhan masih mempercayakan kehendak-Nya untuk diselesaikan oleh gereja-Nya.

3. Supaya gereja tidak berkekurangan dalam usaha untuk melebarkan kerajaan Allah.

4. Tuhan memberkati orang yang setia dalam memberikan persembahan persepuluhan.

Kalau kita memberi..

1. Membuat hidup kita lebih sehat.

2. Mempengaruhi relasi akan bertambah kuat, jika kedua belah pihak saling memberi, bukan menuntut atau menghakimi.

3. Memberi membuat hidup kita lebih berarti dan memiliki tujuan.

4. Memberi sanggup mengubah keadaan, mengubah diri sendiri dan pada akhirnya akan memicu perubahan keadaan di sekitar. Kita dapat memberikan: kasih, tawa, pengetahuan, pengharapan, waktu, uang, keterampilan, perhatian, nasihat, kepemimpinan, dll.

5. Memberi dapat memberikan dampak, bahkan setelah kita meninggal dunia. Pemberian terbesar dalam hidup kita bukanlah apa yang kita miliki, tetapi apa yang sudah kita berikan.

6. Memberi menghancurkan kekuatiran. Memberi menghancurkan keegoisan. Jika keegoisan dihancurkan, maka kekuatiran kita akan berangsur sirna karena akar dari kekuatiran adalah self-security.

7. Memberi melepaskan kuasa Allah.

Apakah kita akan menyalahkan Tuhan karena membiarkan keadaan berkekurangan terjadi? Atau kita akan menyalahkan manusia karena tidak mau berbagi? Bukan soal jumlah yang kita beri, tetapi semangatnya dalam memberi..

Ditulis dari khotbah Ps. Andreas Rahardjo di Ibadah MDC Surabaya..

Bila Keraguan Datang

Standard

“Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.” (Mazmur 77:12)

Pada tahun 1970, Ronald Dunn membuat catatan mengenai doa-doanya yang terjawab dan berkat-berkat yang diterimanya dalam sebuah buku kecil. Buku itu sempat hilang. Namun beberapa tahun kemudian, tepat ketika imannya mulai goyah, buku itu ditemukannya kembali. Ia terkejut ketika menyadari bahwa ia telah melupakan hampir seluruh kejadian yang pernah dicatatnya di buku itu.

Saat ia sedang membaca, sesuatu terjadi. “Ingatanku akan kesetiaan Allah muncul dan imanku yang lemah kembali dikuatkan,” katanya. “Hal itu memulihkan keyakinanku di dalam Tuhan.” Sejak itu Dunn giat mendorong orang-orang kristiani agar memiliki buku catatan tentang setiap campur tangan Allah di dalam kehidupan mereka. “Suatu hari,” tulisnya, “buku catatan kecil ini akan menunjukkan bahwa kita dapat mengalami kemenangan, dan bukan kekalahan dalam hidup ini.”

Dalam Mazmur 77, iman Asaf juga mulai goyah. Setelah membuat daftar tentang keragu-raguannya, ia bertanya, “Sudah lupakah Allah menaruh kasihan?” (ayat 10). Namun tiba-tiba ia sadar dan berkata: “Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah .. Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala” (ayat 11,12). Ingatannya akan kasih Allah telah memulihkan imannya. Baca saja pasal-pasal yang berikutnya!

Mengapa Anda tidak memiliki sendiri buku catatan tentang pekerjaan Allah yang indah? Lalu bacalah catatan itu sesering mungkin, terutama bila keraguan datang. Mengingat segala kebaikan Allah adalah obat yang manjur untuk keraguan. (Ditulis dari sumber Renungan Harian Online).

Ringkasan Khotbah: The Spirit of Prayer

Standard

Tetaplah berdoa. Tuhan masih belum pensiun untuk menjawab doa umat-Nya.

Ayat Bacaan: Keluaran 17:8-16, Lukas 18:1

Gereja Tuhan harus kembali pada “the spirit of prayer”, karena bila tidak, maka gereja hanya menjadi klub sosial. Generasi zaman now melakukan segala sesuatu tanpa doa mencari wajah Tuhan terlebih dahulu. Gereja menjadi benar-benar gereja bila gereja bangkit untuk menjadi rumah doa (Matius 21:13). Mezbah doa pribadi harus dibangun kembali di dalam kehidupan gereja Tuhan, karena hal ini menjadi pondasi. Apakah Tuhan masih mendapatkan umat-Nya berdoa?

Keluaran 17:14 : Warisan yang paling berharga bila kita dapat mengajar anak-anak kita untuk tetap berharap dan memiliki hubungan pribadi melalui doa-doa mereka dengan Tuhan. Jangan sampai kita memiliki yang terbaik dari dunia, tetapi kita kehilangan kuasa Tuhan dan mezbah doa pribadi kita dengan-Nya.

Setiap orang membutuhkan doa. Jangan berhenti berdoa, apapun keadaan yang dialami. Jadilah anak-anak Tuhan yang ketika mulai berdoa, setanpun lari ketakutan. Kalau kita memiliki kehidupan doa, maka kita menjadi rendah hati karena menyadari bahwa hidup kita terbatas. Serahkan setiap pemikiran kita kepada Tuhan, sehingga ketika semuanya dikuduskan di dalam doa, pemikiran itu lahir dari hati-Nya Tuhan. Bila pemikiran kita ada yang dijawab Tuhan, kita akan menjadi rendah hati, karena menyadari semuanya itu adalah berkat dari Tuhan.

Membangun perahu yang lebih besar atau berjalan di atas air?

Kalau kita berjalan di atas air, kalau kita lupa menggunakan iman, maka kita akan tenggelam. Kalau kita berjalan di atas perahu, sekalipun kita lupa menggunakan iman, kita tidak akan tenggelam. Tetaplah memakai iman kita dan memiliki hubungan yang karib dengan Tuhan, di manapun kita ditempatkan. Baik ataupun buruk keadaan yang dihadapi, tetaplah memiliki dan menaruh iman yang segar dan baru setiap hari bersama dengan Tuhan Yesus.

Penyakit gereja modern menurut A.W. Tozer: Kita bisa mengalami puji-pujian yang luar biasa, tetapi Tuhan Yesus berjalan keluar dari dalam gedung gereja karena diri-Nya tidak diinginkan lagi oleh gereja-Nya.

Jangan sampai kita membuka celah karena kita tidak berdoa. Marilah belajar bersama-sama dimulai dari membangun hubungan pribadi kita dengan-Nya.

Hal yang harus diingatkan, mengapa gereja harus berdoa..

1. Keluaran 17:8 : Masalah datang tanpa diundang. Itulah sebabnya kita perlu untuk tetap berdoa dan berjaga-jaga.

2. Keluaran 17:9 : Bekerja dan berdoa. Harus ada keseimbangan yang baik di antara keduanya.

3. Keluaran 17:11 : Ada dampak dari doa. Mungkin kita tidak melihat hasil doa secara langsung, tetapi ketika kita tetap berdoa, Tuhan bekerja dan melakukan sesuatu.

4. Keluaran 17:2 : Ada perjuangan di dalam doa. Membangun kehidupan doa harus dilatih dan didisiplin. George Muller: Doa bisa menembus setiap halangan. Walau kita sudah meninggal dunia, tetapi doa-doa kita tetap tinggal di bumi dan akan dijawab Tuhan menurut waktu-Nya yang terbaik. Berdoalah, sampai sesuatu dari Tuhan terjadi.

5. Keluaran 17:13 : Menjadi pendoa tidak populer. Tetapi jangan meremehkan pendoa, karena melalui doa-doa mereka, hidup kita dijagai dan kita tetap berjalan di jalan-jalanNya Tuhan.

6. Keluaran 17:15 : Doa adalah pengakuan akan kebesaran Allah.

Mari kita mengambil tekad untuk lebih lagi berdoa di tahun 2018 ini..

Ditulis dari khotbah Pdt. Andreas Rahardjo di Gereja MDC, di Ibadah Pk. 8 pagi..

Penemuan Menakjubkan

Standard

“Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya.” (Mazmur 147:4).

Para ahli astronomi menemukan apa yang disebut sebagai “struktur terbesar di jagad raya,” yakni suatu wilayah di langit yang ukurannya 40 kali lebih besar dari bulatan bulan jika dilihat dari bumi. Kelompok terbesar ini meliputi paling tidak 11 galaksi dan 18 quasar (benda angkasa yang lebih kecil dari matahari) termasuk ratusan miliar bintang. Ini merupakan penemuan hebat yang begitu menakjubkan terutama saat kita membaca bahwa Allah “menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya” (Mazmur 147:4). Tetapi lebih menakjubkan lagi ketika Alkitab menyatakan bahwa Allah yang Mahakuasa dan tak terbatas itu mengasihi Anda dan saya. “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka” (ayat 3).

Dia adalah Allah yang sama yang disebut Yesus sebagai Bapa yang berkuasa atas maut dan neraka, yang juga melihat burung pipit yang jatuh ke bumi dan menghitung jumlah rambut di kepala kita (Matius 10:28-31).

Dia adalah Allah atas siang dan malam, Tuhan di waktu suka maupun duka. Dia adalah Tuhan dan Raja kita (1 Timotius 6:15).

Ketika kita mengagumi kemegahan langit malam, kita dapat memuji Dia yang menciptakannya. Ketika kita berduka karena kehilangan orang yang dikasihi atau karena patah hati, kita dapat bergantung kepada Dia yang sanggup menyembuhkan hati yang hancur.

Betapa hebatnya saat kita mendapati bahwa Allah adalah Tuhan atas segala perkara; besar dan kecil. Melalui anak-Nya, Dia menunjukkan kasih-Nya bagi kita semua. Dia yang berkuasa atas bintang-bintang tidak akan mengingkari janji-Nya pada kita. (Ditulis dari sumber Renungan Harian Online).

Feet of Clay

Standard

Nebukadnezar, raja agung kerajaan Babilonia, mendapat mimpi yang membuat dia gelisah. Dia memanggil para ahli di istananya untuk menafsirkan mimpi itu. Para ahli nujum, sihir, paranormal, orang berilmu kumpul semua dan menghadap Big Boss. Mereka bilang, “Siyap Boss! Silahken informasiken mimpinya Boss apa. Kami akan mengartiken mimpi Boss!” Tetapi Big Boss Nebu punya satu syarat: Dia tidak akan memberitahu mimpinya apa. Kalau para ahli itu memang jago, pasti mereka juga bisa tahu mimpinya apa. Nah, sekarang silahkan tebak mimpinya apa dan tafsirkan mimpi itu. Dan kalau tidak bisa menebak mimpinya, kepala para ahli satu negara akan dipenggal. Wahh… hebohlah satu negara gara-gara diktator kelas paus bengkak ini.

Tampillah Daniel yang mendapat wahyu Tuhan. Dia bisa menceritakan mimpi Boss Nebu dan mengartikan mimpi itu:

31 Ya raja, tuanku melihat suatu penglihatan, yakni sebuah patung yang amat besar! Patung ini tinggi, berkilau-kilauan luar biasa, tegak di hadapan tuanku, dan tampak mendahsyatkan. 32 Adapun patung itu, kepalanya dari emas tua, dada dan lengannya dari perak, perut dan pinggangnya dari tembaga, 33 sedang pahanya dari besi dengan kakinya sebagian dari besi dan sebagian lagi dari tanah liat. (Dan 2:31-33)

Patung yang hebat: Kepala dari emas tua, dada dan tangan dari perak, perut dan pinggang dari tembaga, paha dari besi, tapi sayang, kaki dari tanah liat.

‘Kaki dari tanah liat’ atau ‘feet of clay’ akhirnya menjadi istilah bahasa Inggris untuk menggambarkan bahwa sehebat-hebatnya seorang tokoh, dia tetap punya kelemahan. Berita gugatan cerai seorang tokoh di Indonesia mengagetkan banyak orang. Tuduhan, makian, pembelaan dan bantahan bersileweran di forum media sosial. Banyak orang kaget, marah, sedih, bingung.. Sebagian lagi mungkin senang, bersyukur..

Masalah kita adalah kita ini kekurangan pahlawan. Maka ketika ada satu orang tampil yang kita anggap sebagai orang yang mampu memecahkan masalah kita atau masalah bangsa, kita idolakan dia. Kita jadikan dia pahlawan. Apalagi kalau dia memiliki kesamaan dengan kita, satu kampung, satu suku, satu iman.. wow.. mantaplah sudah..

Sebagai idola, dia tidak boleh ada kelemahan atau cacat. Kita bela dia ketika dia diserang. Kita tangkis ketika orang membuka kelemahannya. Kita tinggikan dia, kita jadikan dia semacam ‘juru selamat’. Kita jadi ‘baper’, emosional dan irrasional. Kita berpikir, kalau saja dia berkuasa, masalah Indonesia akan beres. Maka semua mimpi dan pengharapan kita ditaruhkan kepada sang pahlawan ini.

Dan ketika terkuak bahwa pahlawan kita ternyata punya kaki dari tanah liat, bahwa ternyata dia adalah manusia biasa juga, ketika kelemahannya tidak bisa ditutupi lagi, kita hancur hati. Ikut hancur juga semua mimpi dan pengharapan..

Jatuhnya pahlawan selalu mengguncangkan, terutama bagi mereka yang mengidolakan dia.

Pertanyaannya: Adakah pelajaran penting yang bisa kita dapatkan dari peristiwa yang menyedihkan ini? Pasti ada..

Alkitab adalah kitab yang aneh tapi jujur. Dia menceritakan kelemahan dan kejatuhan para tokohnya. Biasanya hal demikian disembunyikan dalam kitab-kitab lain. Tokoh dan pahlawannya harus terlihat sempurna. Tetapi Alkitab mengambil jalur yang berbeda.

Alkitab menelanjangi sifat pengecut Abraham, kebohongan Yakub, kelemahan Musa, perselingkuhan Daud, kejatuhan Salomo, ketakutan Petrus, kekerasan Paulus. Semua kekurangan para tokoh ini sengaja ditulis supaya kita terhindar dari satu jebakan klasik: Menggantungkan harapan kita kepada manusia, entah namanya Rasul Paulus, atau John Calvin, atau Basuki..

Ini adalah pelajaran yang perlu terus-menerus diulang, karena kita sering gagal dalam ujian ini. Sering kali tanpa sadar, kita mengidolakan seseorang. Mungkin itu pendeta kita. Mungkin itu seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan. Mungkin itu seorang rekan di pelayanan yang luar biasa berapi-api. Mungkin seseorang di kantor. Atau di dunia politik..

Jadi, belajarlah untuk tidak terlalu lama kecewa kalau melihat kekurangan seseorang, siapapun juga dia. Belajarlah untuk memaklumi pergumulan seseorang tanpa menghakimi dan tanpa perlu tahu semua detail masalah orang. Berhenti mengandalkan manusia berarti mulai mengandalkan Tuhan. Termasuk dalam hal keadilan. Banyak hal yang tidak adil di dunia ini. Banyak hal yang memedihkan hati. Adalah sia-sia kalau kita mencari keadilan sejati di kehidupan ini.

Biarkan Sang Hakim Agung menjalankan keadilan-Nya pada waktu-Nya nanti. Sementara menantikan itu, mari kita hidup benar di hadapan-Nya, bukan dengan kekuatan kita, tetapi dengan kuasa Roh Kudus. Sebab semua kita sebenarnya sama saja, kaki kita juga terbuat dari tanah liat. Bahkan bukan hanya kaki saja, seluruh tubuh kita adalah tanah liat. Dan karena itu, semua kita perlu anugerah dan kuasa Tuhan.

Ditulis dari sumber facebook: Pdt. Sukirno Tarjadi..

Ringkasan Khotbah: Iman yang Tidak Mudah Patah

Standard

Ayat Bacaan: Markus 7:24-30

Ada banyak hal yang dapat dilakukan di dalam hidup ini, salah satunya adalah dengan membangun iman yang teguh. Tidak ada seorangpun yang merancang dan menginginkan di dalam goal setting hidupnya ada kegagalan ataupun sakit penyakit, tetapi terkadang hal itu bisa terjadi. Itulah sebabnya kita perlu membangun iman yang kokoh, iman yang tidak mudah patah.

Matius 15:22 : Perempuan ini bukan dari bangsa Yahudi, tetapi banyak mendengar tentang Yesus sebagai Mesias. Segala hal bisa terjadi di dunia ini, itulah sebabnya kita perlu membangun iman yang kuat di dalam Tuhan supaya tidak goyah. Kita belajar dari perempuan Kanaan ini, dia mengenal pribadi Yesus dengan tepat, yakni Anak Daud, Mesias yang dijanjikan.

Selama kita mengikut Tuhan, apakah kita mengenal pribadi-Nya dengan benar? Ketiadaan jawaban doa tidak pernah membatalkan pribadi-Nya sebagai Tuhan. Umat yang mengenal Tuhan akan tetap kuat dan bertindak. Kalau kita tidak mengenal-Nya dengan baik, kita akan menjadi mudah kecewa.

Matius 7:27 : Iman perlu diuji. Kalau dasar hidup kita adalah firman Tuhan, maka kita akan memiliki iman yang tetap percaya dan berfokus hanya kepada Tuhan Yesus. Banyak peristiwa yang terjadi dalam hidup bisa tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tetapi kita harus tetap taat dan memiliki iman yang teguh kepada-Nya.

Kalau kita memiliki masalah, tetaplah mempercayai Tuhan dan berfokus hanya kepada-Nya, jangan pada masalah. Itulah sebabnya kita perlu menguatkan diri, bisa dengan kembali membaca Alkitab, terus memperkatakan firman dalam kehidupan kita, ataupun dengan berbahasa roh.

Matius 15:25-26 : Perempuan Kanaan ini memberi contoh supaya kita memiliki unbreakable faith, iman yang tidak mudah patah. Dalam Injil Lukas kita diajar untuk tetap meminta dan mengetuk pintu, Bapa akan memberikan yang terbaik bagi hidup kita, sesuai dengan waktu-Nya yang terbaik. Terkadang kita diijinkan berada di bawah tekanan hanya untuk menunjukkan bahwa kita bukanlah orang-orang yang mudah menyerah dan tetap memegang teguh firman-Nya.

Markus 7:29 : Oleh karena ucapan perkataan kita, iman kita yang tetap kokoh dan memegang teguh janji-janji Tuhan di dalam firman-Nya, kita dapat melihat pertolongan-Nya yang ajaib di dalam hidup kita.

Ditulis dari khotbah Ibu Pdt. Lidya CSES di Ibadah MDC jam 8 pagi..

Di Pagi Hari

Standard

“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Markus 1:35).

Apakah Anda sangat terburu-buru sepanjang hari sehingga merasa sulit untuk meluangkan sejenak waktu bersama Allah? Banyak orang meluangkan waktu pada pagi hari sebelum mereka terjebak dalam banyak kegiatan yang sangat menyibukkan sepanjang hari.

Saya membaca kisah tentang seorang pria yang begitu sibuk, namun masih berusaha mencari waktu untuk mengawali setiap harinya dengan sebuah lompatan rohani. Ia adalah Dr. Ben Carson, kepala ahli bedah saraf anak di rumah sakit John Hopkins Children’s Center. Ia menempati posisi itu pada tahun 1984, saat usianya 33 tahun.

Inilah kesaksian Carson tentang pentingnya menempatkan hal-hal rohani di urutan pertama, “Saya mendapati bahwa ritual pada pagi hari—seperti membaca Alkitab atau bersaat teduh—dapat menyelaraskan irama sepanjang hari itu. Setiap pagi, saya meluangkan waktu setengah jam untuk membaca Alkitab, terutama kitab Amsal. Ada banyak hikmat di dalam kitab itu. Sepanjang hari itu, jika saya berada dalam situasi yang dapat membuat frustrasi, saya merenungkan kembali salah satu ayat yang saya baca pada pagi harinya.”

Yesus mengalami hari-hari yang sibuk untuk melayani kerumunan orang yang membutuhkan-Nya. Dalam injil Markus kita membaca, “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi keluar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana” (ayat 1:35).

Apakah Anda meluangkan waktu untuk membaca firman Allah dan berdoa? Cobalah untuk melakukannya di pagi hari. Hal itu akan mengubah seluruh hari Anda. Jadikanlah Kristus pikiran pertama Anda di pagi hari dan pikiran terakhir Anda di malam hari. (Ditulis dari sumber Renungan Harian Online)

Ringkasan Khotbah: Terang Kristus Bersinar dalam Kesatuan Umat-Nya

Standard

“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.” (1 Korintus 1:10).

Allah adalah kasih dan kita harus mengenakannya “…sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” (Kolose 3:14) agar terang Kristus dapat bercahaya melalui umat-Nya. Persatuan akan terjadi dalam sebuah komunitas ketika umat-Nya tidak saling menuntut. Seseorang mengalami kekecewaan karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga muncul keputusasaan dan tidak ada lagi hasrat untuk memperbaiki keadaan yang ada. Karena tidak ada lagi hasrat untuk memperbaiki, maka jarak antar sesama menjadi bertambah jauh dan pada akhirnya muncul perpecahan dan berakibat kehancuran.

Lawan dari persatuan adalah perpecahan. Perpecahan terjadi sejak zaman manusia pertama jatuh ke dalam dosa. Itulah sebabnya dosa menyebabkan perpecahan. Dosa membuat hubungan antar sesama terpecah, membuat seseorang tidak mampu menerima dirinya sendiri, serta membuat dirinya tidak mampu melihat dan menerima kenyataan bahwa Tuhan dapat memberkati hidup orang lain lebih dari dirinya sendiri. Dosa juga menghasilkan penolakan akan Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Dosa mengakibatkan perpecahan dalam keluarga, komunitas, dan antar sesama. Padahal bila kita bersatu hati, Tuhan dapat berbuat luar biasa dalam kehidupan anak-anakNya.

Perpecahan dalam Keluarga

Sebelum jatuh ke dalam dosa dengan tidak menaati perintah Tuhan perihal memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat, Adam menerima kehadiran Hawa dengan berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” (Kejadian 2:23). Tetapi ketika jatuh dalam dosa, kita menemukan adanya perpecahan. Adam tidak dapat menerima dan mensyukuri keberadaan Hawa serta berkata, “…Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (Kejadian 3:12).

Bahkan anak-anak mereka, Kain dan Habel, juga mengalami perpecahan ketika persembahan Kain tidak diindahkan Tuhan sedangkan Habel diindahkan. Kejadian 4:1-16 mencatat bagaimana dosa berkuasa atas Kain, lalu membunuh Habel adiknya dan “..Kain pergi dari hadapan TUHAN (dan juga dari orangtuanya) dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.” (Kejadian 4:16).

Keluarga kita tidak dapat bersinar dan tidak menjadi berkat bila kita masih tinggal di dalam kegelapan dan adanya perpecahan yang tidak segera diselesaikan.

Perpecahan dalam Komunitas

Dosa yang tidak segera diselesaikan juga mengakibatkan perpecahan di dalam komunitas. Dosa membuat kita merasa malu dan tidak percaya diri, padahal kita dijadikan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26). Itulah sebabnya kita tidak boleh memandang muka dalam sebuah komunitas karena bila melakukannya, kita berbuat dosa dan melakukan pelanggaran (Yakobus 2:9).

Perpecahan dalam Hubungan Pribadi

Dalam Filipi 4:2, kita belajar tentang adanya perpecahan antara Euodia dan Sintikhe. Ketika umat Tuhan terpecah, tidak ada terang Kristus dan persatuan. Kegelapan dalam dunia tidak dapat menciptakan persatuan. Itulah sebabnya Yesus datang dan mengenalkan diri-Nya sebagai terang dunia yang menuntun setiap umat-Nya untuk tidak berjalan dalam kegelapan dan mempunyai terang hidup (Yohanes 8:12).

Jemaat Tuhan di Korintus terpecah karena dua hal. Pertama, mengkultuskan / mendewakan para pemimpin rohani dan memuja mereka terlalu berlebihan. Tidak salah dengan menghormati para pemimpin, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa mereka tetap manusia biasa, “…Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.” (1 Korintus 3:5). Bila kita masih membanding-bandingkan pemimpin rohani “…bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?” (ayat 4).

Kedua, jemaat Korintus merasa sombong karena banyak karunia rohani berkembang di kota mereka. Dalam 1 Korintus 12-14, Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan juga kepada kita bahwa berbagai karunia rohani yang diberikan Tuhan memiliki tujuan membangun tubuh Kristus, bukan untuk pamer diri ataupun sombong rohani.

Terang berbicara tentang memiliki karakter dan hidup benar, serta memiliki hidup yang kudus. “karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran,” (Efesus 5:9) maka pilihan ada pada kita. Apakah terang Kristus ingin tetap bersinar melalui kehidupan pribadi dan komunitas kita? Bila jawabnya ya, maka kita harus bersatu, menanggalkan keegoan, serta tetap berjalan bersama untuk melayani Tuhan. Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Ditulis dari khotbah Pdt. Judika Sihaloho di Ibadah LOV Ministry Christmas Celebration pada Tgl. 15 Desember 2017, di Jakarta..