Monthly Archives: May 2017

Tantangan Lima Belas Menit

Standard

Ayat Bacaan: Mazmur 119:33-40

Dr. Charles W. Eliot, presiden Universitas Harvard selama 40 tahun, meyakini bahwa orang awam yang konsisten membaca karya-karya sastra hebat di dunia akan memperoleh pelajaran yang berharga, meski ia hanya membaca beberapa menit sehari. Pada tahun 1910, ia mengumpulkan beragam karya pilihan dari buku-buku tentang sejarah, pengetahuan alam, filsafat, dan seni murni dalam 50 jilid buku yang disebut “The Harvard Classic”. 

Setiap set mencantumkan Panduan Membaca dari Dr. Eliot berjudul “Fifteen Minutes A Day (Lima Belas Menit Sehari)” yang memuat pilihan bacaan sepanjang delapan sampai sepuluh halaman yang disarankan untuk dibaca setiap hari selama setahun. 

Bagaimana jika kita mengambil waktu lima belas menit sehari untuk membaca firman Allah? Kita dapat mengatakan bersama pemazmur,

“Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba. Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!” (Mazmur 119:36-37). 

Jika dijumlahkan, lima belas menit sehari akan menjadi 91 jam setahun. Namun, seberapa pun waktu yang kita gunakan untuk membaca Alkitab setiap hari, kuncinya terletak pada konsistensi. Yang paling dibutuhkan bukanlah kesempurnaan melainkan ketekunan. Jika kita melewatkan satu hari atau satu minggu, kita dapat mulai membaca lagi. 

Dengan tuntunan Roh Kudus, firman Allah akan mengisi pikiran kita, lalu memenuhi hati, hingga kemudian menggerakan kaki dan tangan kita untuk melakukan firman itu. Firman Allah tidak hanya akan menjadi pengetahuan tetapi juga mengubahkan kehidupan kita. 

Alkitab adalah satu-satunya Kitab yang Penulisnya selalu hadir pada saat kitab itu dibaca. (Ditulis dari Renungan Santapan Rohani..)

Ringkasan Khotbah (28/5-2017)

Standard

Ayat Bacaan: Daniel 11:32

Dari ayat bacaan di atas, kita akan menjumpai di kehidupan ini ada dua macam kelompok orang percaya. Pertama, yang mudah dibujuk (dan pada akhirnya menjadi) murtad dengan berbagai kata-kata hasutan yang licin, karena kurang memiliki pengenalan akan Tuhan. Kedua, yang tidak mudah dibujuk, tidak mudah murtad / meninggalkan-Nya, tidak mau menukar kemuliaan-Nya demi alasan apapun, malah hidupnya berjalan semakin kuat karena memiliki pengenalan yang dalam dan benar akan Tuhan. 

Lalu mengapa Yudas pada akhirnya mengkhianati Yesus, walau tiga tahun telah mengikuti dan menjadi murid-Nya? Bukankah Yudas telah mendengar setiap perkataan dan melihat dengan mata kepalanya sendiri, setiap perbuatan yang telah dilakukan-Nya selama di dunia ini? Jawabnya karena Yudas tidak pernah mengenal Yesus secara pribadi di dalam hidupnya. Yudas memang telah mendengar dan melihat perkataan dan perbuatan yang dilakukan Yesus, tetapi Yudas tidak memiliki Yesus di dalam hidupnya. 

Kekuatan rohani dan iman kita hanya berjarak sejauh pengenalan pribadi kita akan diri-Nya. Ada aspek kognitif / pengetahuan (gnosis): Kita hanya sekadar tahu tentang apa yang telah dilakukan Tuhan dari pembacaan firman-Nya di dalam Alkitab. Tetapi kita juga harus belajar untuk melangkah masuk lebih dalam ke aspek pengenalan: Kita memiliki pengalaman pribadi berjalan bersama dengan diri-Nya. Kita mengenal siapa diri-Nya karena kita mengalami Tuhan sendiri di dalam hidup kita. 

Bagaimana kita dapat mengenal pribadi Tuhan dengan lebih dalam? 

Pertama, kita mengenal secara pribadi bagaimana kodrat / sifat dasarnya Tuhan, yakni Mahahadir, Mahakuasa, dan Mahatahu. Contoh: Yusuf ketika dijebak oleh istri Potifar (Kejadian 39). Diceritakan bahwa Yusuf menolak rayuan dari istri Potifar karena Yusuf tahu bahwa Allah yang dia sembah adalah Allah yang Mahahadir. Walau tidak ada orang yang melihat dan mengetahuinya, tetapi Dia tetap Allah yang Mahatahu. Kita pun juga harus menjaga hidup kita dengan benar, sebab walau tidak ada seorangpun yang melihat perbuatan kita, (masih) ada Tuhan yang terus melihat dan menyertai kehidupan kita. 

Contoh lainnya adalah kehidupan Sadrakh, Mesakh dan Abednego ketika menjawab raja Nebukadnezar di depan perapian yang dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasanya. Daniel 3:17-18 bukan menunjukkan ketidakmampuan Allah dalam menyelamatkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Tetapi menunjukkan bahwa Allah yang mereka sembah adalah Allah yang sanggup untuk menyertai dan membuat “…tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.” (ayat 27). 

Kedua, kita mengenal secara pribadi bagaimana karakter Allah dalam hidup kita. Allah kita adalah Allah yang setia, penyayang, cemburuan (jangan pernah menomorduakan Tuhan), dsb. Ketiga, mengenal rencana Tuhan bagi hidup kita. Di dalam Yeremia 29:11 dikatakan bahwa sesungguhnya Tuhan tidak pernah iseng dalam menciptakan hidup kita. Tidak ada satu peristiwa pun yang terjadi dalam hidup kita, tanpa seijin Tuhan (Lukas 12:6-7).

Bagaimana caranya kita bertumbuh?

Pertama, membaca firman Tuhan di dalam Alkitab setiap hari. Selalu ada yang baru pada saat kita membacanya. Pengetahuan dan pewahyuan kita tentang firman-Nya juga terus bertumbuh setiap hari. Jangan hanya mengandalkan mendengar firman Tuhan saat di Ibadah Raya saja. Kedua, melatih diri kita untuk belajar berdialog dengan Tuhan. Kita mau belajar untuk bertanya, mendengar, dan menaati suara Tuhan. Dia dapat berbicara dalam hidup kita melalui banyak hal: Melalui Saat Teduh (berdoa dan membaca firman-Nya setiap hari), ada peneguhan di dalam hati, situasi dan kondisi orang-orang di sekitar yang berbicara dalam hidup kita, dan banyak hal lainnya. 

Ketiga, mengutamakan Tuhan dalam setiap aspek hidup. Kita belajar untuk menyenangkan hati-Nya, melalui perkataan dan perbuatan di hidup kita. Keempat, jangan menduakan Tuhan. Dia adalah Allah yang cemburu (Keluaran 20:5-6; Yakobus 4:5). Kelima, belajar untuk mengucap syukur di dalam segala hal kepada Tuhan (1 Tesalonika 5:18). Sebab ketika kita belajar mengucap syukur, hal itu akan menjadi salah satu sumber kekuatan dalam hidup kita. 

Mengucap syukur atas setiap penyertaan-Nya di dalam hidup kita. Mengucap syukur bahwa selalu ada rencana Tuhan yang terbaik bagi hidup anak-anakNya, di setiap peristiwa yang diijinkan-Nya terjadi di dalam hidup.. (Dikhotbahkan oleh Pdt. Lukito Budhihardjo, di Gereja MDC Ibadah ke-2 Pk.10.00). 

Opini yang Terlalu Jauh

Standard

Berikut di bawah ini adalah sebuah kisah tragis bagaimana seekor kerbau bisa mati hanya karena sebuah OPINI yang berkembang terlalu jauh..

1. Sehabis pulang dari sawah, kerbau beristirahat rebahan di kandang dengan wajah lelah dan nafas berat karena kecapaian bekerja. Tak lama kemudian datanglah seekor anjing dan kerbau berkata, “Aah temanku, aku sungguh lelah hari ini. Dan kalau boleh, untuk besok aku ingin beristirahat satu hari saja.”

2. Anjing pun pergi dan di tengah jalan berjumpa dengan kucing yang sedang duduk di sudut tembok. Kemudian anjing berkata, “Tadi saya bertemu dengan kerbau dan dia berkata bahwa besok dia ingin beristirahat dulu. Memang sudah sepantasnya dia beristirahat, sebab bos selama ini memberi pekerjaan terlalu berat baginya.”

3. Kucing pun bercerita kepada kambing, “Kerbau protes karena bos memberi pekerjaan terlalu banyak dan berat. Besok pagi dia sudah tidak mau bekerja lagi.”

4. Kambing bertemu dengan ayam dan berkata, “Kerbau tidak senang bekerja dengan bos lagi. Mungkin kerbau sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik?”

5. Ayam berjumpa dengan monyet dan dia bercerita pula, “Kerbau tidak akan bekerja lagi untuk bos dan ingin bekerja di tempat yang lain.”

6. Saat makan malam tiba, monyet bertemu bos dan berkata, “Bos, si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan bos untuk bekerja di bos yang lain.”

7. Mendengar ucapan monyet, sang BOS MARAH BESAR dan tanpa bertanya terlebih dahulu dia lalu menyembelih si kerbau karena dinilai telah berkhianat kepadanya.

Ucapan asli kerbau, “SAYA LELAH DAN BESOK INGIN ISTIRAHAT SEHARI.” 

Melewati beberapa teman, ucapan ini telah berubah dan sampai kepada sang bos menjadi, “Si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan ingin meninggalkan bosnya dan bekerja pada bos yang lain.”

Sangat baik untuk disimak:

1. Adakalanya kita perlu mempertimbangkan dengan cukup bijaksana, apakah sebuah topik pembicaraan yang kita dengar cukup berhenti sampai di telinga kita saja dan tidak perlu disampaikan pada lainnya. 

2. Jangan menelan bulat-bulat atau percaya begitu saja setiap cerita dan perkataan dari orang lain, walau itu keluar dari perkataan orang terdekat kita. Kita perlu check dan re-check sampai sejauh mana kebenarannya, sebelum bertindak memutuskan sesuatu. Bila diperlukan, kita dapat melakukan konfirmasi dan crosscheck kepada sumbernya langsung. Sebab apa yang kita dengar saat ini, belum tentu sama persis dengan sumber perkataan aslinya. 

3. Kebiasaan untuk meneruskan perkataan / berita dari orang lain dengan menambah atau menguranginya, atau bahkan menggantinya dengan persepsi dan asumsi kita sendiri, dapat berakibat fatal bagi orang lain. Bahkan lambat laun memiliki dampak bagi kehidupan kita sendiri.

4. Bila ragu dengan ucapan / berita dari seseorang, sebaiknya kita bertanya langsung pada yang bersangkutan. Untuk bertanya sampai sejauh mana kebenaran dari informasi tersebut.

Jadikan diri kita sebuah filter, sehingga perkataan kita dapat menjadi berkat dan tidak mendatangkan celaka bagi orang lain, karena adanya kekeliruan bahkan “kelebihan” informasi. Jadikan diri kita sebuah filter, apakah kita perlu meneruskan berita tersebut? Atau cukup berhenti hanya sampai di kita saja. 

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8). 

Big God bless you πŸ™‚ 

(Diedit dari sharing ko Hendra, di grup whatsaap Contact MDC). 

Kisah Bapak Penjual Tahu

Standard

Ada seorang bapak yang berjualan tahu, dan setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya. Dan untuk sampai ke jalan raya tempat ia bertemu angkot langganannya, ia harus melewati sebuah pematang sawah. Setiap pagi ia selalu rajin berdoa kepada Tuhan agar dagangannya laris dan selalu dijagai oleh-Nya.  

Pada suatu hari, ketika melewati pematang sawah menuju jalan raya untuk naik angkot langganannya, entah kenapa tiba-tiba ia jatuh terpeleset dan tercebur ke dalam sawah. Semua dagangannya jatuh berserakan dan hancur berantakan. Maka ia mengeluh kepada Tuhan dan menyalahkan-Nya, mengapa diberi cobaan seberat ini? Padahal tidak lupa ia selalu berdoa setiap pagi, sebelum memulai pekerjaannya. Singkat cerita, akhirnya ia pulang dan tidak berdagang.

Dua jam kemudian ia mendengar kabar bahwa angkot langganannya yang setiap pagi mengantar, terjatuh ke dalam jurang. Semua penumpang di dalam angkot tersebut tewas! Hanya ia satu-satunya calon penumpang yang selamat. Mengapa? Karena tahu dagangannya terjatuh ke dalam sawah, sehingga ia tidak jadi berdagang dan membawa pulang tahu-tahu yang sudah hancur tadi.

Pada sore harinya datang peternak babi yang mencari dan membeli tahu untuk makanan ternak babinya. Namun yang aneh adalah peternak babi itu mencari tahu yang rusak / hancur, karena hanya digunakan sebagai campuran makan babi saja. Spontan bapak tersebut menangis bahagia sembari memanjatkan doa ucapan syukur kepada Tuhan. Karena tahu dagangannya yang hancur pada hari itu, dibeli semua oleh peternak babi itu..

Terkadang kita tidak dapat mengerti mengapa doa permohonan kita tidak semuanya dikabulkan Tuhan. Terkadang kita juga tidak dapat memahami mengapa berbagai peristiwa diijinkan-Nya datang dalam hidup ini. Tetapi, tetap percayalah bahwa Ia tahu apa yang terbaik bagi hidup kita. Sama seperti bapak penjual tahu tersebut yang diijinkan jatuh terpeleset dan tercebur ke dalam sawah, plus mendapat “bonus” tahu dagangannya jatuh hancur berantakan. 

Apa yang terjadi bila bapak tersebut datang tepat waktu dan bertemu dengan angkot langganannya? Karena itu janganlah jemu untuk berdoa, jangan menggerutu, dan tetaplah mengucap syukur kepada-Nya, apa pun keadaan yang kita alami hari-hari ini. Apa yang ditunda oleh Tuhan bukan berarti Dia membenci dan tidak mau mengabulkan doa kita. 

Penundaan bisa berarti Tuhan menyayangi dan rindu memberi jawaban doa yang terbaik bagi hidup kita. Penundaan bisa berarti Dia akan membawa kita kepada orang yang tepat, di waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan melakukan hal yang tepat. Penundaan bisa berarti bahwa Dia memiliki jawaban doa yang lebih baik, dari apa yang kita pinta sebelumnya. 

(Kisah “Bapak Penjual Tahu” telah diedit seperlunya dari status FB Pdt. Samuel Irwan..)

Mencerna Firman

Standard

Ayat Bacaan: Yeremia 15:15-21

Raja James menjadi terkenal karena terjemahan Alkitab yang menyandang namanya. Namun pada waktu yang hampir bersamaan dengan penerbitan Alkitab itu, ia juga menugaskan penyusunan “The Book of Common Prayer (Buku Doa Umum)”, yang masih digunakan hingga sekarang. Buku panduan doa dan ibadah ini berisi doa bagi seseorang yang rindu menghayati isi Alkitab:

“Tuhan yang mulia, Engkau yang telah membuat seluruh Kitab Suci ditulis bagi pembelajaran kami; berkarunialah agar kami bisa.. mendengar, membaca, merenungkan, mempelajari, dan mencerna firman itu di dalam hati, sehingga dengan kesabaran, dan penghiburan dari firman-Mu yang kudus, kami dapat menerima dan memegang teguh pengharapan yang indah akan kehidupan kekal itu.”

Berabad-abad sebelumnya, Nabi Yeremia telah mengungkapkan cara serupa yang dapat kita terapkan agar Kitab Suci benar-benar menguatkan hati kita:

“Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.” (Yeremia 15:16).

Kita menghayati firman Allah ketika “membaca, merenungkan, mempelajari dan mencerna” suatu bagian Kitab Suci melalui perenungan yang disertai doa. 

Mintalah Tuhan untuk menolong Anda menerapkan kebenaran Alkitab ke dalam hati Anda. Sediakan waktu untuk merenungkan firman Allah sebagai susu dan makanan keras bagi jiwa Anda (Ibrani 5:12). Pada saat Anda menenangkan hati, Allah akan mengajar Anda tentang diri-Nya melalui Alkitab-Nya. –HDF

Tuhan, aku hendak merenungkan titah-titahMu dan mengamat-amati jalan-jalanMu. Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapanMu; firman-Mu tak akan kulupakan. Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu. 

(Ditulis dari Santapan Harian..)

Ringkasan Khotbah: Forward

Standard

Banyak orang Kristen menjadi stuck, tidak pergi ke mana-mana, sekadar menerima Yesus sebagai Juruselamat, lalu kembali ke kehidupan lama. Kekristenan bukan tentang agama, tetapi tentang hubungan karib bersama-Nya. Mengenal-Nya butuh usaha sungguh-sungguh, tidak instan. Bertumbuh secara rohani melalui membaca Alkitab, bertumbuh bersama saudara-saudara rohani kita, melalui pemuridan. Kenapa harus melalui pemuridan? Pemuridan tidak pernah rumit. Sesederhana Tuhan Yesus dapat menjelaskan pada para nelayan. 

Markus 1:17

How to be a disciple: Follow Jesus, Fish for People, Fellowship with Believers

Ketika kita membagikan Injil, kita harus memahami maknanya. Kisah 2:36-38 adalah khotbah pertama yang dilakukan Petrus, seorang nelayan, setelah Tuhan Yesus naik ke Surga. Ketika Petrus berkhotbah ada 3000 orang bertobat. Kalau Tuhan Yesus dapat memakai nelayan, maka Dia juga dapat memakai kita. Di antara 3000 orang tersebut, ada yang pernah berteriak “salibkan Dia”. Tetapi ketika mendengar khotbah Petrus, hati mereka dijamah Tuhan. 

How should we respond to the Gospel?

1. Submit. Penundukan. Petrus menyampaikan bahwa Yesus itu Tuhan & Kristus. Menerima-Nya sebagai Juruselamat berarti menerima-Nya juga sebagai Tuhan. Kata “Tuhan” dalam bahasa Yunani, Kyrios. Artinya Dia sebagai Tuan, satu-satunya penguasa dalam hidup kita. Kita memberi hidup dan setiap rencana kita ke dalam tangan-Nya. Dia yang menguasai seluruh hidup dan waktu kita. 

Tidak hanya berdoa saat makan, tetapi juga memiliki waktu untuk berhubungan karib dengan-Nya. Setiap aspek dalam hidup kita, baik itu uang, waktu, hubungan dengan sesama, digunakan untuk memuliakan nama Tuhan. 

Macam-macam orang:

Natural Man: Kita yang duduk di takhta hati kita, Tuhan Yesus berada di luar hati. Carnal Man: Tuhan Yesus di dalam hati kita, tetapi kita yang duduk di takhta hati kita. Kalau ada masalah, Yesus yang duduk di takhta. Setelah masalah selesai, Yesus kembali turun dari takhta hati kita. Spiritual Man: Yesus selalu duduk di takhta hati dan menguasai hidup kita. 

2. Repent. Bertobat. Kisah 2:38. Pertobatan bukan saja tentang perasaan bersalah, tetapi menuntun hidup kita untuk berubah berbuat benar dan memuliakan Tuhan. Ada perputaran balik dari arah menuju dosa, berbalik untuk hidup berbuat benar. Contoh: Paulus. Ketika berjumpa Kristus, hidupnya berubah total (Kisah 26:18). Perasaan bersalah tidak cukup, ambil keputusan untuk meninggalkan perbuatan dosa dan berbuat benar. 

Understanding Jesus, overwhelming love, leads us to repentance. 

Injil kita dapat nikmati setiap hari, bukan pada saat kita mati. Kita dapat menyatakan ayat-ayat firman Tuhan di dalam Alkitab, bagi hidup kita. 

3. Proclaim. Menyatakan pada diri kita dan juga bagi orang lain. Kisah 2:36-38. Ada baptisan sebagai deklarasi iman, bahwa kita pengikut Tuhan dan meninggalkan jalan hidup yang lama. Tidak hanya dengan apa yang kita katakan, tetapi juga melalui perbuatan hidup kita yang memuliakan nama-Nya. Ketika hidup kita berubah, kita juga menyatakan iman kita pada orang lain di sekitar kita. 

Matius 28:19. Ada perintah dari-Nya untuk pergi dan menjadikan murid-murid Kristus, di manapun kita berada. Bagikan Injil, menyatakan apa yang Tuhan Yesus sudah lakukan dalam hidup kita. Roma 1:16: Jangan malu untuk memberitakan Injil. Kita malu memberitakan Injil ketika kita menyimpannya untuk diri kita sendiri. Itu sama saja dengan kita mengatakan pada sesama yang membutuhkan, “pergilah ke Neraka.”

Understanding the gospel results to claiming and proclaiming it. 

Kita tidak dipanggil hanya mengikut Yesus saja, tetapi juga untuk membagikan kasih-Nya.. (Disarikan dari khotbah Ps. Bodie Cruz, Victory Church Philippine, di Gereja MDC Ibadah ke-2)

Ringkasan Khotbah: Gereja yang Diurapi

Standard

Ayat Bacaan: Kisah 2:1-18

Latar Belakang

β€’ Sebelum Pentakosta: Kepenuhan Roh Kudus hanya terjadi pada orang-orang terpilih dan bersifat sementara (Bilangan 11:25-29). 

Sebelum Pentakosta, “kepenuhan Roh Kudus” adalah hal yang sangat jarang. Saat itu dipakai kata “hinggap”. Roh Kudus tidak dapat tinggal dalam hidup manusia, sebelum manusia tersebut menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Ada darah Yesus yang telah menguduskan hidup kita. 

β€’ Para murid adalah orang biasa yang sangat sederhana (Kisah 1:10-11; Yohanes 7:52). 

Tuhan memilih orang-orang biasa, tidak terpilih. Zaman dahulu anak-anak Yahudi harus hafal kitab Taurat, kalau yang tidak hafal jadi nelayan, melakukan kegiatan-kegiatan biasa seperti manusia. Murid-murid Tuhan Yesus pun orang biasa, bukan yang hafal kitab Taurat. 

β€’ Para murid berharap bahwa Yesus sendiri yang akan memulihkan Israel (Kisah 1:6-8). 

Lewat Ahok, kita belajar bahwa untuk mengerjakan perubahan harus dikerjakan secara bersama-sama. Kita dengan kuasa Tuhan yang memampukan adalah harapan bagi dunia ini. Jadilah perubahan. Bersikaplah sesuatu bagi lingkungan di sekitar kita. Ahok hanya melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Kita berani menjadi berkat & terang Kristus bagi lingkungan kita. 

β€’ Kepenuhan Roh Kudus diberikan bagi semua orang (Kisah 2:17, 15:7-9). 

Hari-hari ini adalah waktu & kesempatan yang tepat bagi kita untuk menjadi berkat & terang Kristus. Tema “Rebirth” tidak hanya bagi Gereja MDC, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. 

β€’ Runtuhnya tembok awal yang memisahkan bangsa-bangsa (Kisah 2:6-8)

Gereja yang diurapi adalah gereja yang diutus untuk memberitakan kabar baik bagi lingkungan di sekitar kita. Momen kepenuhan Roh Kudus terjadi supaya kita dapat dipakai untuk menjadi saksi dan melakukan sesuatu bagi bangsa ini. Setiap orang percaya telah diurapi untuk melakukan pekerjaan Allah (Efesus 1:16-19; Yohanes 14:12). 

Jangan batasi Tuhan. Jadikan hidup kita sebagai saluran berkat Tuhan bagi orang lain. Roh Kudus diberikan bukan untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi bagi orang lain (Efesus 3:20). Jadilah berkat & terang Kristus.

Jangan tinggalkan Indonesia. Indonesia bukanlah orang-orang demo berbaju putih dan bakar-bakar. Tetapi Indonesia itu kita, gereja Tuhan yang diurapi. Berikan hidup kita untuk menjadi berkat dan terang bagi bangsa ini. (Disarikan dari khotbah Ps. Agus Lianto di Gereja MDC, di ibadah ke-2). 

Kristus di Tengah Badai

Standard

Ayat Bacaan: Markus 4:35-41

Dalam usianya yang ke-27, Rembrandt menghasilkan karya lukisan pemandangan laut yang diberi judul “Kristus di Tengah Badai di Danau Galilea”, berdasarkan kisah dalam Injil Markus pasal 4. Dengan penggunaan perbedaan cahaya dan bayangan yang sangat tegas, lukisan Rembrandt menggambarkan sebuah perahu kecil yang terancam hancur di tengah badai yang sedang mengamuk kencang. Ketika para murid sedang berjuang melawan angin dan ombak, Yesus tidak terganggu sama sekali. 

Akan tetapi, aspek yang paling tidak biasa dari lukisan tersebut adalah kehadiran seorang murid ke-13 di dalam perahu tersebut, yang menurut para ahli seni menyerupai sosok Rembrandt sendiri. 

Injil Markus menggambarkan pelajaran gamblang yang diterima oleh para murid mengenai siapa diri Yesus dan apa yang bisa diperbuat-Nya. Sementara para murid dengan panik mencoba untuk menyelamatkan perahu yang akan tenggelam tersebut, Yesus justru tidur. Tidak pedulikah Dia bahwa mereka semua akan mati? (ayat 38). 

Setelah Yesus menenangkan badai itu (ayat 39), Dia mengajukan sebuah pertanyaan yang tajam, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ayat 40). Para murid justru menjadi semakin takut, dan mereka berkata seorang kepada yang lain, “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?” (ayat 41). 

Kita juga dapat menempatkan diri kita dalam kisah tersebut dan, sama seperti para murid, mengetahui bahwa kepada setiap orang yang percaya pada Yesus Kristus, Dia akan menyatakan kehadiran, belas kasihan, dan kendali-Nya atas setiap badai dalam hidup kita. –DCM

Tenanglah hatiku karena Allah setia, firman kudus-Nya murni, teruji, dan benar. Walaupun badai menerjang dan laut menggelora, janji-Nya bagaikan batu pijakan yang kuat.–NN

Allah adalah tempat perlindungan yang aman di tengah terjangan badai kehidupan. (Ditulis dari renungan “Santapan Rohani”..)

Sejarah Lagu “Christ is Enough”

Standard

Christ is my reward and all of my devotion. Now there’s nothing in this world that could ever satisfy. Through every trial my soul will sing. No turning back. I’ve been set free. Christ is enough for me. Christ is enough for me. Everything I need is in You. Everything I need.

Christ my all in all the joy of my salvation. And this hope will never fail, heaven is our home. Through every storm my soul will sing. Jesus is here. To God be the glory. 

I have decided to follow Jesus. No turning back. No turning back. The cross before me, the world behind me. No turning back. No turning back…

Sekitar kurang dari dua ratus tahun yang lalu, terjadi sebuah kebangunan rohani besar yang melanda kota Wales. Dan sama seperti kebangunan rohani lainnya, terjadi banyak pengutusan. Dengan berapi-api, orang-orang percaya ini mengumpulkan membawa kabar sukacita dan anugerah keselamatan Yesus Kristus ke seluruh penjuru dunia.

Banyak yang datang ke India, sebuah tanah yang dikuasai oleh berbagai suku, penyembahan berhala, dan banyak dewa-dewa. Ini adalah tempat yang berbahaya, khususnya di wilayah timur laut Assam, di mana praktek berburu kepala manusia tumbuh dengan subur. Bahkan kepala manusia telah menjadi bentuk mata uang dan simbol kekuasaan, serta ketakutan.

Seorang misionaris dari Wales mulai menyebarkan Injil di seluruh Assam dan terjadi pertobatan. Namun pertobatan sebuah keluarga justru menjadi kontroversi besar. Pemimpin penduduk lokal menjadi sangat marah kepada keluarga yang berani memeluk agama baru yang dibawa masuk oleh misionaris Wales itu. Kemarahan pemimpin penduduk setempat semakin meluap dan menimbulkan ancaman serius bagi keluarga tersebut, khususnya bagi sang kepala keluarga. Apalagi dia telah menceritakan tentang Kristus kepada warga lainnya, yang kemudian percaya dan mengikuti-Nya. 

Hal ini membuat pemimpin desa tersebut menjadi semakin marah, dan pada suatu hari seluruh penduduk desa diundang untuk menghadiri pertemuan warga. Di hadapan semua orang, pria tersebut dan seluruh keluarganya diperintahkan untuk menyangkali iman mereka. Tetapi tidak ada yang mau melakukan hal tersebut. Sebaliknya, dia mengucapkan kalimat sederhana ini,

“Saya sudah memutuskan untuk mengikut Yesus. Tidak akan berpaling. Tidak akan berpaling.”

β€œI have decided to follow Jesus. Not turning back. Not turning back.”

Pemimpin desa tersebut menjadi semakin bertambah marah. Dia memerintahkan pemanah untuk membunuh dua anak laki-lakinya saat itu juga di hadapannya. Lalu pemimpin desa itu mulai mengancam agar menyangkal imannya. Dan lagi, ia menunjukkan iman yang teguh di tengah gelombang ketakutan yang ada,

β€œWalau tidak ada yang mengikutiku, aku akan tetap mengikuti-Nya. Tidak akan berpaling. Tidak akan berpaling.”

“Though no one joins me, still I will follow. No turning back, no turning back..”

Pemimpin desa tersebut memerintahkan membunuh istri dari pria itu. Ketika darah mulai turun mengalir membasahi tanah, tetap pria tersebut mengarahkan pandangan imannya pada Yesus dan berkata,

“Salib di depanku, dunia di belakangku. Tidak akan berpaling. Tidak akan berpaling.”

“The cross before me, the world behind me. No turning back. No turning back..”

Pada akhirnya sama seperti istri dan anak-anaknya, pria tersebut dibunuh. Yang lain hanya berani memandang dan menunggu takdir mereka. Namun, pemimpin desa tersebut hatinya menjadi gusar. Bagaimana pria ini bisa menunjukkan keberanian yang sedemikian rupa? Apa yang membuat pria ini berani mati demi Yesus Kristus? Kuasa apa yang ditemukan dalam Tuhan yang baru ini?

Dengan tertegun, pemimpin itu terjatuh dan tersungkur ke tanah. Dia telah melihat begitu banyak kematian di hidupnya, tetapi tidak pernah ada yang sedemikian rupa. Hanya ada satu pilihan. Dia dan seluruh penduduk desa juga harus percaya dan mengikuti Yesus..

Kisah nyata di balik lagu yang ditulis pemimpin pujian Hillsongs, Reuben Morgan, adalah salah satu gambaran bahwa Yesus adalah sosok yang kita butuhkan dalam hidup. Pengorbanan-Nya di kayu salib patut dibayar dengan sedemikian serupa. Kasih-Nya yang sejati patut dibayar dengan kasih setia yang tanpa menyimpang.

Christ is Enough

Karena Kristus saja cukup. Kita tidak perlu menambahkan apa pun atau bergantung dengan hal di luar Kristus. Di luar Kristus, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Misionaris kulit putih dari Wales dan penginjil India yang dipaksa menyerahkan nyawanya itu adalah pejuang iman yang tetap bertahan teguh dan menjadi saksi iman bagi dunia (ditulis dari sumber jawaban.com & telah disharingkan di radio Kristen di Surabaya).